Profesi kesehatan,adalah profesi yang sangat mulia. Profesi yang
menurut banyak orang,diminati hanya oleh orang-orang kaya,yang sudah
tidak berminat akan gaji dan harta duniawi,dan bertekad menghabiskan
sisa hidupnya untuk kemanusiaan.
Hanya sedikit manusia yang mampu benar-benar menjadi tenaga
kesehatan,sesuai tuntutan profesi yang dianggap mulia itu,mungkin
hanya satu diantara beberapa juta manusia yang sanggup.
Hanya
sedikit manusia,yang mungkin mau membayar ratusan juta untuk masuk ke
fakultas kedokteran (karena tidak diterima di jalur masuk yang
murah),yang tidak berpikiran untuk mendapat pendapatan yang layak
dengan biaya sekolahnya.
Hanya sedikit manusia,yang setelah masa
kuliah yang panjang dan melelahkan secara fisik dan mental,bisa
bersabar untuk tidak segera bekerja mencari nafkah karena direpotkan
segala urusan birokrasi.
Hanya sedikit manusia,yang bisa tidak
mengeluh,setelah lulus dari fakultas favorit dengan ujian masuk
tersulit,tapi masih dianggap tidak kompeten dan masih harus melalui
berbagai pembuktian kompetensi yang bukan hanya menghabiskan waktu
yang tidak sebentar,tapi juga biaya yang tidak sedikit,sementara
teman-teman smanya dulu yang memilih jurusan yang ujian masuknya
lebih mudah,sudah bekerja dan bisa dibilang lebih mapan.
Hanya
sedikit manusia,yang mampu ditempatkan ke tempat antah
berantah,dengan alasan kewajiban kemanusiaan,dengan gaji yang
digembar-gemborkan besar(meskipun kenyataannya tidak sampai 30% yang
menerima gaji sebesar itu) tapi disuruh berpuasa dulu karena gaji itu
baru akan turun entah setelah bulan kesekian.
Hanya sedikit
manusia,yang mampu bersabar menjadi tumbal pemerintah,yang tidak
sadar bahwa pengobatan murah untuk rakyat itu harusnya dicapai dengan
mensubsidi honor tenaga kesehatan,bukannya menginjak-injaknya jadi
serendah mungkin dan kemudian setelah ditunggak lama masih dibayar
sebagiannya saja.
Hanya sedikit orang,yang mampu ikhlas menerima
tudingan malpraktik, meskipun tidak ada yang pernah tahu seberapa
berat dia bekerja tanpa tidur,sebelum akhirnya dia melakukan
kesalahan yang mungkin sebenarnya manusiawi untuk seorang manusia
biasa yang bisa lelah,tapi tidak boleh dilakukan seorang tenaga
kesehatan yang haruslah seperti malaikat yang tanpa cela.
Hanya
sedikit manusia, yang mampu menahan lelahnya dan dibangunkan tengah
malam,karena setiap orang sakit,meskipun itu hanya gatal-gatal,adalah
pasien darurat yang harus ditangani saat itu juga.
Hanya sedikit
manusia,yang mampu bersabar saat menerima pasien,yang mungkin sudah
membayar berpuluh-puluh atau bahkan ratusan juta ke pabrik rokok
untuk membeli penyakit,tapi tidak mau mengeluarkan sepeser pun untuk
membayar pengobatan,malah menuduh tenaga kesehatan itu adalah makhluk
penghisap darah yang mencari keuntungan dari penderitaan orang
lain,tanpa sadar pihak mana yang sebenarnya mengambil keuntungan dan
membuat dia sakit seperti itu.
Hanya sedikit orang, yang mampu
bekerja di klinik swasta, dengan honor ribuan bahkan ratusan rupiah
per pasiennya, tapi dapat dituntut ratusan juta apabila terjadi alergi
obat(yang kalau dilihat komponen katanya adalah “alergi” yang
berasal dari kekebalan tubuh pasien dan “obat” yang diproduksi oleh
pabrik obat,tenaga kesehatan sendiri bisa dibilang hampir tidak punya
peran dalam alergi obat tersebut).
Hanya sedikit orang,yang
bisa menerima keadilan media,dalam memberitakan kasus dugaan
malpraktek secara besar-besaran,sementara saat teman sejawatnya
meninggal tenggelam saat bertugas ke pedalaman,hanya ditulis di kolom
kecil yang pasti tidak menarik perhatian.
Sedikit sekali orang
yang mampu untuk menjadi tenaga kesehatan ideal di Indonesia dengan
segala kondisi yang sudah saya paparkan tadi, tapi sayangnya,
kebutuhan tenaga kesehatan di Indonesia sangat besar sehingga banyak
orang berlomba-lomba ingin menjadi tenaga kesehatan,dan kaget begitu
mengetahui konsekuensi seperti yang saya sebutkan di atas.Jadi bila
anda memutuskan ingin menjadi tenaga kesehatan, pastikan anda mampu
menerima semua konsekuensi itu tanpa mengeluh.Semoga Indonesia bisa
semakin baik di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar