Rabu, 09 Februari 2011

Refinements in transplantation. Long-term survival. ‘Use of donor peripheral blood hematopoietic cells instead of bone marrow as the source of donor cells, which results in faster engraftment and return of immunity.’

JUDUL RISET ILMIAH 
A decade of refinements in marrow and stem cell transplantation to treat blood cancers significantly reduced the risk of treatment-related complications and death, according to an institutional self-analysis of transplant-patient outcomes conducted at Fred Hutchinson Cancer Research Center.
Among the major findings of the study, which compared transplant-patient outcomes in the mid-’90s with those a decade later: After adjusting for factors known to be associated with outcome, the researchers observed a statistically significant 60 percent reduction in the risk of death within 200 days of transplant and a 41 percent reduction in the risk of overall mortality at any time after transplant.
“Everything we looked at improved a decade after the initial analysis,” said George McDonald, M.D., a Hutchinson Center gastroenterologist and corresponding author of the paper, which was published (date) in the New England Journal of Medicine.
McDonald and colleagues reviewed the outcomes of 1,418 transplant patients who received peripheral-blood stem cells or bone marrow from unrelated donors between 1993 and 1997 and compared them to 1,148 patients who had the same procedures between 2003 and 2007. The malignancies treated included forms of leukemia, lymphoma, multiple myeloma and myelodysplastic syndrome.
The researchers also found that the estimated one-year overall survival rates for both groups were 55 percent and 70 percent, respectively. They also observed statistically significant declines in the risks of severe graft-vs-host-disease; infections caused by viruses, bacteria and fungi; and complications caused by damage to the lungs, kidney and liver.
Lead author and biostatistician Ted Gooley, Ph.D., noted that the analysis presents the findings in terms of the changes in the “risk” or “hazard” of death and transplant complications after taking into account the fact that the patients treated in the mid-2000s were, on average, older and sicker than those who were treated in the mid-1990s.
McDonald said he and his colleagues can only speculate about the reasons for the improved outcomes because the study was retrospective and was not a randomized comparison of transplant techniques and treatments among groups of patients. However, the authors deemed several changes in clinical practices to be important in risk reduction, many of which were the result of ongoing clinical research (including various randomized clinical trials) conducted at the Hutchinson Center and at other major transplant centers around the world:
Careful pharmacologic monitoring and dose adjustments to avoid under and over treatment with the potent chemotherapeutic agents used in transplantation.
Use of reduced-intensity conditioning in older and less healthy patients.
Less use of high-dose systemic immune suppression to treat acute GVHD.
Use of the drug ursodiol to prevent liver complications.
New methods for early detection of viral and fungal infections as well as preventive therapy for such infections.
The use of better and less toxic anti-fungal drugs to treat serious infections caused by Candidal organisms and molds.
Use of donor peripheral blood hematopoietic cells instead of bone marrow as the source of donor cells, which results in faster engraftment and return of immunity.
More accurate matching of marrow or stem cell donors with unrelated patients.
“This research and the improved outcomes are the result of a team approach to one of the most complex procedures in medicine,” McDonald said. Medical oncologists and transplantation biologists at the Hutchinson Center are supported in the care of patients by specialists in infectious diseases, pulmonary and critical care medicine, nephrology, gastroenterology and hepatology, and by highly skilled nurses and support staff.
“Each of these programs is involved in ongoing clinical research into the complications of transplant, which results in constant changes in how transplantation is carried out,” he said. “These data show clearly that our collective efforts have improved the chances of long-term survival for our patients.”

Beta-catenin,Leukemia Penemuan sel induk

Para peneliti di King's College London telah menemukan bahwa sel-sel induk leukaemic dapat dikembalikan ke tahap pra-leukaemic dengan menekan protein yang disebut beta-catenin ditemukan dalam darah.
Mereka juga menemukan bahwa sel punca maju leukaemic yang telah menjadi resisten terhadap pengobatan bisa 'kembali peka' terhadap pengobatan dengan menekan protein yang sama.
Profesor Eric Jadi, yang memimpin penelitian di Departemen Hematologi di King's College London, mengatakan temuan, yang diterbitkan hari ini di jurnal Cancer Cell, merupakan sebuah 'langkah penting maju' dalam mencari pengobatan yang lebih efektif untuk bentuk agresif leukemia.
Peran bahwa beta-catenin bermain di pengembangan dan resistensi obat-sel induk pada leukemia akut sebelumnya tidak diketahui. Penelitian ini, didanai oleh Asosiasi Internasional Riset Kanker (AICR), Cancer Research UK dan Kay Kendall Leukimia Dana, mengungkapkan makna dan menyoroti sebagai target terapi potensial yang dapat memungkinkan pemberantasan selektif sel-sel batang leukaemic.
ilmuwan King's melihat sel-sel induk leukaemic ditemukan di jenis leukemia yang melibatkan mutasi gen MLL. Ini menyumbang sekitar 70 persen dari penyakit leukimialain bayi dan 10 persen dari penyakit leukimialain akut dewasa. Prognosis untuk jenis leukemia pada anak-anak tidak baik - hanya 50 persen bertahan selama dua tahun setelah menerima pengobatan standar anti-leukemia.
Untuk memahami bagaimana penyakit tersebut berkembang, tim Raja melakukan serangkaian percobaan untuk melihat bagaimana sel induk pra-leukaemic (yang tidak selalu berkembang menjadi leukemia) yang berbeda dengan sel induk leukaemic, yang mempertahankan penyakit dan kemungkinan akan bertanggung jawab untuk kambuh. Mereka melakukan penelitian pada tikus, dalam kultur sel manusia berasal dari darah tali pusat, dan pada sel leukaemic manusia diperoleh dari dua pasien leukemia.
Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa sel-sel pra-leukaemic berkembang menjadi sel-sel induk leukaemic dan induksi leukemia, sebagian dengan aktivasi beta-catenin. Tapi penindasan beta-catenin pada sel batang leukaemic berkurang pertumbuhan sel leukaemic, menunda onset leukemia dan diputarbalikkan batang sel ke tahap pra-leukaemic. Selanjutnya, ketika beta-catenin benar-benar tidak aktif pada tikus dengan sel pra-leukaemic, tikus tidak mengembangkan leukemia, meskipun mereka membawa mutasi gen MLL.
Peneliti kemudian ingin melihat bagaimana penindasan protein beta-catenin gangguan sel leukaemic manusia. Mereka menemukan bahwa penekanan protein dalam sel leukaemic MLL lagi berkurangnya kemampuan mereka untuk berkembang biak dan memperbaharui diri (merupakan bagian penting dari bagaimana leukemia berkembang). Hal ini menegaskan peran penting beta-catenin dalam penyakit manusia.
Studi ini juga mengungkapkan fungsi kritis yang sebelumnya tidak dikenal dari beta-catenin dalam mediasi sifat obat tahan sel-sel batang leukaemic. Leukaemic sel induk bisa menjadi resisten terhadap pengobatan dalam beberapa kasus, tetapi yang terpenting, penelitian ini menunjukkan bahwa penekanan dari beta-catenin pada manusia sel leukaemic MLL membuat mereka sensitif lagi.
Profesor Eric Jadi, yang memimpin penelitian di King's, berkata: "Hasil ini sangat menarik dan merupakan langkah maju yang penting dalam mencari pengobatan yang lebih efektif untuk menghancurkan bentuk leukemia. Temuan memberikan bukti kuat bahwa protein ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sasaran terapi yang efektif untuk bentuk penyakit.
'Sebagian besar terapi anti-kanker saat ini digunakan untuk mengobati leukemia menyerang sel darah yang sehat maupun yang kanker. Menariknya, beta-catenin tidak diperlukan untuk sel induk darah normal. Jadi jika kami secara khusus dapat menargetkan beta-catenin di sumsum tulang, kita bisa berpotensi lebih efektif dan kurang toksik terapi anti-leukemia yang efisien dapat membasmi sel-sel induk leukaemic tapi suku cadang sel punca darah yang sehat.
'Jauh lebih banyak riset perlu dilakukan sebelum kita dapat mengadopsi pendekatan ini dalam mengobati orang dengan leukemia, tetapi temuan penelitian ini memang tampak menjanjikan. Kita sekarang akan menyelidiki mekanisme di balik perubahan molekuler untuk mengetahui mengapa beta-catenin sangat penting dalam pengembangan leukemia MLL, dan jika kita bisa menerapkan prinsip ini untuk jenis lain leukemia. "
Dr Mark Matfield, ilmiah AICR co-ordinator berkata: "seluruh bidang kanker penelitian sel induk relatif baru, tapi penemuan ini memiliki potensi untuk menjadi salah satu yang paling berguna di daerah ini cepat maju, karena itu menunjukkan kepada kita secara langsung bagaimana pengobatan baru dapat dikembangkan. "
...
King's College London
King's College London adalah salah satu dari 25 universitas terbaik di dunia (2010 QS peringkat dunia internasional), The Sunday Times 'Universitas 2010/11 Tahun' dan tertua keempat di Inggris. Sebuah universitas riset yang dipimpin berbasis di jantung kota London, King's memiliki hampir 23.000 siswa (di antaranya lebih dari 8.600 adalah mahasiswa pascasarjana) dari hampir 140 negara, dan beberapa 5.500 karyawan. Raja berada di fase kedua program pembangunan kembali 1000000000 £ yang mengubah real nya.
King's memiliki reputasi yang luar biasa untuk memberikan mengajar kelas dunia dan penelitian mutakhir. Pada tahun 2008 Research Assessment Exercise untuk universitas Inggris, 23 departemen menduduki peringkat dalam deretan teratas universitas Inggris, lebih dari setengah dari pekerjaan staf akademik kami di departemen yang berada di atas 10 persen di Inggris di bidang mereka dan dengan demikian dapat digolongkan sebagai dunia terkemuka. College ini di tujuh universitas terbaik Inggris untuk pendapatan penelitian dan memiliki pendapatan tahunan keseluruhan hampir £ 450 juta.
Raja memiliki reputasi yang sangat terkenal di humaniora, hukum, ilmu-ilmu (termasuk berbagai bidang kesehatan seperti psikiatri, perawatan kedokteran, dan kedokteran gigi) dan ilmu-ilmu sosial termasuk urusan internasional. Hal ini memainkan peran utama dalam banyak kemajuan yang telah membentuk kehidupan modern, seperti penemuan struktur DNA dan penelitian yang mengarah pada perkembangan radio, televisi, ponsel dan radar. Ini adalah pusat terbesar untuk pendidikan profesional kesehatan di Eropa, universitas tidak memiliki lebih Medical Research Council Pusat.
King's College London dan Guy's dan St Thomas ', King's College Hospital dan Selatan London dan Maudsley NHS Foundation Trust adalah bagian dari Mitra King's Health. King's Kesehatan Partners Akademik Pusat Ilmu Kesehatan (AHSC) adalah kolaborasi global perintis antara salah satu universitas terkemuka di dunia penelitian yang dipimpin dan tiga yang paling sukses London NHS Foundation Trust, termasuk rumah sakit pendidikan terkemuka dan komprehensif layanan kesehatan mental. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: www.kingshealthpartners.org.
Asosiasi untuk Penelitian Kanker Internasional (AICR)
AICR adalah Skotlandia berbasis amal terbesar kanker, kini mendanai 207 proyek aktif, dengan biaya sebesar £ 36.765.555. Dari jumlah tersebut, 91 berada di Inggris dan 116 di luar negeri. Mereka termasuk 12 prostat dan proyek sembilan kanker usus.
Dua puluh tiga negara saat ini memegang hibah dari AICR. Mereka adalah: (Luar Negeri) Australia 15; Belgia 1, Denmark 1; Finlandia 3; Perancis 13, Jerman 6; Yunani 5; Hong Kong 1; India 1; Israel 4; Italia 25, Belanda 20, Selandia Baru 1, 2 Portugal; Singapura 1; Swiss 3;, Swedia 3; 9 Spanyol Amerika Serikat 2.
Di Inggris ada 67 di Inggris, 1 di Irlandia Utara, 21 di Skotlandia dan 2 di Wales.
Karena amal itu didirikan di St Andrews, di Fife, Skotlandia, 30 tahun yang lalu, secara keseluruhan menghabiskan pada penelitian telah mencapai £ 137.957.566. Uang itu telah digunakan untuk proyek 1762, seluruh 32 negara yang berbeda.
Untuk informasi lebih lanjut tentang AICR silahkan kunjungi www.aicr.org.uk
Dana Leukimia Kay Kendall
The Kay Kendall Leukimia penghargaan Dana hibah untuk penelitian tentang aspek leukemia dan untuk studi yang relevan tentang penyakit berbahaya hematologikal terkait. Hibah diberikan untuk penelitian kelas pertama pada proposal yang inovatif, terutama yang dekat dengan perawatan pasien leukemia atau pencegahan leukemia atau penyakit terkait. Program / Proyek hibah diberikan dua kali dalam setahun, dan Senior, Menengah, dan Fellowships Junior 3 - 5 tahun diberikan setiap tahun. Dana juga mempertimbangkan dukungan untuk proyek yang akan bermanfaat langsung untuk perawatan pasien leukemia. Untuk informasi lebih lanjut silakan lihat Kendall Kay Leukimia www.kklf.org.uk website Fund.
Tentang Penelitian Kanker Inggris
Cancer Research UK adalah amal kanker terkemuka di dunia didedikasikan untuk menyelamatkan nyawa melalui penelitian
Pekerjaan amal's groundbreaking ke dalam diagnosis, pencegahan dan pengobatan kanker telah membantu menyelamatkan jutaan nyawa. pekerjaan ini didanai sepenuhnya oleh masyarakat.
Cancer Research Inggris telah di jantung kemajuan yang telah melihat tingkat ketahanan hidup dua kali lipat dalam empat puluh tahun terakhir.
Cancer Research UK mendukung riset ke dalam semua aspek kanker melalui karya lebih dari 4.000, ilmuwan dokter dan perawat.
Bersama dengan mitra dan pendukung, visi Cancer Research UK adalah untuk mengalahkan kanker.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai pekerjaan Cancer Research Inggris atau untuk mencari tahu cara mendukung badan amal, hubungi 020 7121 6699 atau kunjungi www.cancerresearchuk.org

Hasil Riset Tentang Propolis beserta efek nya dalam Tubuh

Seiring dengan tren pemanfaatan propolis, para periset menguji ilmiah lem lebah itu.membuktikan bahwa propolis sangat aman dikonsumsi. Dalam uji praklinis,terbukti bahwa LD50 propolis mencapai lebih dari 10.000 mg. LD50 adalah lethal dosage alias dosis yang mematikan separuh hewan percobaan.
Jika dikonversi, dosis itu setara 7 ons sekali konsumsi untuk manusia berbobot 70 kg. Faktanya, dosis konsumsi propolis di masyarakat amat rendah, hanya 1—2 tetes dalam segelas air minum. Dosis penggunaan lain pun hanya 1 sendok makan dilarutkan dalam 50 ml air.
“Tingkat toksisitas propolis sangat rendah, jika tak boleh dibilang tidak toksik,”  Bagaimana efek konsumsi dalam jangka panjang?apabila menguji toksisitas subkronik. Hasilnya konsumsi propolis dalam jangka panjang tak menimbulkan kerusakan pada darah, organ hati, dan ginjal. Dua uji ilmiah itu—toksisitas akut dan toksisitas subkronik—membuktikan bahan suplemen purba itu sangat aman dikonsumsi.
Propolis itu pula yang dikonsumsi Evie Sri, kepala Sekolah Dasar Negeri Kertajaya 4 Surabaya, untuk mengatasi kanker payudara stadium IV. Evie akhirnya sembuh dari penyakit mematikan itu. Kesembuhannya selaras dengan riset Prof Dr Mustofa MKes, peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang meriset in vitro propolis sebagai antikanker. Sang guru besar menggunakan sel HeLa dan Siha—keduanya sel kanker serviks—serta T47D dan MCF7 (sel kanker payudara).
Selain itu ia juga menguji in vitro pada mencit  yang diinduksi 20 mg dimethilbenz(a)anthracene (DMBA), senyawa karsinogenik pemicu sel kanker. Frekuensi pemberian 2 kali sepekan selama 5 minggu. Hasil riset menunjukkan propolis mempunyai efek sitotoksik pada sel kanker. Nilai IC50 pada uji in vitro mencapai 20—41 µg/ml. IC50 adalah inhibition consentration alias konsentrasi penghambatan propolis terhadap sel kanker.
Untuk menghambat separuh sel uji coba, hanya perlu 20—41 µg/ml. Angka itu setara 0,02—0,041 ppm. Bandingkan dengan tokoferol yang paling top sebagai antioksidan. Nilai IC50 tokoferol cuma 4—8 ppm. Artinya ntuk menghambat radikal bebas dengan propolis perlu lebih sedikit dosis ketimbang tokoferol. Dengan kata lain nilai antioksidan propolis jauh lebih besar daripada tokoferol.
Pada uji in vitro, propolis berefek antiproliferasi. Proliferasi adalah pertumbuhan sel kanker yang tak terkendali sehingga berhasil membentuk kelompok. Dari kelompok itu muncul sel yang lepas dari induknya dan hidup mandiri dengan “merantau” ke jaringan lain. Antiproliferasi berarti propolis mampu menghambat pertumbuhan sel kanker.
“Terjadi penurunan volume dan jumlah nodul kanker pada tikus yang diberi 0,3 ml dan 1,2 ml propolis,” ujar dr Woro Rukmi Pratiwi MKes, SpPD, anggota tim riset. Dalam penelitian itu belum diketahui senyawa aktif dalam propolis yang bersifat antikanker. Namun, menurut dr Ivan Hoesada di Semarang, Jawa Tengah, senyawa yang bersifat antikanker adalah asam caffeat fenetil ester.
khasiat propolis
Banyak bukti empiris yang menunjukkan penderita-penderita penyakit maut sembuh setelah konsumsi propolis. ‘Penyakitnya berat yang dokter spesialis sudah pasrah,’ kata dr Ivan. Sekadar menyebut beberapa contoh adalah Siti Latifah yang mengidap stroke, Wiwik Sudarwati (gagal ginja), dan Rohaya (diabetes mellitus). Menurut dr Hafuan Lutfie MBA mekanisme kerja propolis sangat terpadu. Dalam menghadapi sel kanker, misalnya, propolis bersifat antiinflamasi alias antiperadangan dan anastesi atau mengurangi rasa sakit.
Yang lebih penting propolis menstimuli daya tahan tubuh. ‘Tubuh diberdayakan agar imunitas bekerja sehingga mampu memerangi penyakit,’ kata Lutfie, dokter alumnus Universitas Sriwjaya. Kemampuan propolis meningkatkan daya tahan tubuh disebut imunomodulator. Dr dr Eko Budi Koendhori MKes dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga membuktikan peningkatan kekebalan tubuh tikus yang diberi propolis. Biasanya infeksi Mycobacterium tuberculosis – bakteri penyebab tuberkulosis (TB) – menurunkan kekebalan tubuh dengan indikasi anjloknya interferon gamma dan meningkatkan interleukin 10 dan TGF. Interferon gamma adalah senyawa yang diproduksi oleh sel imun atau sel T yang mengaktifkan sel makrofag untuk membunuh kuman TB. Interleukin dan TGF merupakan senyawa penghambat interferon gamma.
Doktor ahli tuberkulosis itu membuktikan interferon gamma tikus yang diberi propolis cenderung meningkat hingga pekan ke-12. Sebaliknya interleukin 10 justru tak menunjukkan perbedaan bermakna. ‘Pemberian propolis pada mencit yang terinfeksi TB mampu mengurangi kerusakan pada paru-paru dengan cara meningkatkan sistem imun tubuh,’ kata dr Eko.
Dengan kelebihan itu pantas bila permintaan propolis cenderung meningkat. Cahya Yudi Widianto pada Mei 2009 baru memasarkan 300 botol masing-masing berisi 250 ml; kini mencapai 500 botol. Malaysia minta rutin 250 botol per bulan. Hendra Wijaya yang mengelola gerai Melianature Indonesia di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mampu menjual 50 paket per hari. Sebuah paket terdiri atas 7 botol masing-masing bervolume 6 ml seharga Rp550.000 atau total omzet Rp2.750.000 sehari.
Marta Irawati dari Ratu Nusantara enggan membeberkan volume penjualan propolis. ‘Peningkatan volume penjualan mencapai 20% per tahun,’ kata Marta. Kondisi itulah yang mendorong Jeanny Komar, peternak lebah di Sukabumi, Jawa Barat, pada Januari 2010 mulai memanfaatkan propolis. Ia mengelola 1.000 koloni. Komoditas yang selama ini ia biarkan ternyata berkhasiat obat. ‘Obat dari yang menciptakan manusia jauh lebih bagus daripada obat bikinan manusia,’ kata dr Lutfie.
HIV/AIDS
Siapa tak merinding mendengar kata AIDS – menurunnya sistem kekebalan tubuh akibat infeksi human immunodeficiency virus HIV yang memicu munculnya beragam penyakit? Menurut data World Health Organization (WHO), sekitar 2-juta penduduk dunia meninggal akibat AIDS sepanjang 2008. Jumlah itu mungkin turun jika para pengidap AIDS mengenal propolis.
Propolis memang belum dibuktikan secara klinis bisa mengatasi HIV. Namun, berdasar riset in vitro – di laboratorium – yang dilakukan para peneliti dari University of Minnesota, Minneapolis, Amerika Serikat, propolis berpotensi meningkatkan kekebalan tubuh para penderita HIV/AIDS.
Tim peneliti menduga zat antiviral yang terkandung dalam propolis menghambat masuknya virus ke dalam CD4+ limfosit.
Propolis dosis 66,6 µg/ml dalam kultur sel CD4+ – sel T dalam sistem kekebalan yang memiliki reseptor CD4 mampu menghambat ekspresi virus HIV maksimal 85%. Lazimnya pada penderita HIV/AIDS, virus mematikan itu menginfeksi sel bereseptor CD4 dan merusaknya. Makanya, jumlah sel ber-CD4 pada penderita HIV/AIDS turun jauh di bawah angka normal. Pada orang sehat, jumlahnya sekitar 500 – 1.500/mm3 darah.
Penyakit Berat
Berdasarkan riset di luar maupun dalam negeri, propolis memang terbukti ampuh melawan beberapa penyakit berat.
Dr dr Eko Budi Koendhori Mkes, dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR), misalnya, membuktikan lem lebah itu membantu menekan kerusakan jaringan paru pada mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis – bakteri penyebab penyakit tuberculosis (TBC).
Dari 100 mencit yang diinfeksi M. tuberculosis, tikus yang diberi kombinasi Isoniasid – obat antituberculosis – 25 mg/kg bobot badan dan propolis menunjukkan peningkatan kadar interferon γ . Interferon γ berperan mengaktifkan sel makrofag yang membunuh bakteri TBC.
Mencit yang hanya diberi Isoniasid mengalami peningkatan kerusakan paru dari minggu ke-5 hingga ke-12. Sementara kondisi paru mencit yang diberi Isoniasid dan propolis dosis 800 mg pada minggu ke-12 sama seperti pada minggu ke-5.
Propolis berperan meningkatkan kekebalan penderita sehingga kerusakan jaringan dapat ditekan. Obat standar bekerja secara langsung menyerang bakteri TBC. Nah, kombinasi obat dan propolis mematikan bakteri TBC sekaligus mengurangi kerusakan paru-paru akibat serangan bakteri.
‘Propolis sangat bagus untuk meningkatkan sistem imun. Selain itu saya duga memiliki kemampuan antikanker,’ tutur Eko.
Kanker
Dugaan Eko tidak meleset. Berdasar riset yang dilakukan di laboratorium Pengujian dan Penelitian Terpadu (LPT) UGM, produk propolis yang diteliti dapat menghambat sel kanker HeLa (sel kanker serviks), Siha (sel kanker uterus), serta T47D dan MCF7 (sel kanker payudara) dengan nilai IC50 berkisar 20 – 41 µg/ml. Artinya, propolis dosis 20 – 41 µg/ml dapat menghambat aktivitas 50% sel kanker dalam kultur.
Apoptosis
Itu sejalan dengan penelitian dr Woro Pratiwi MKes SpPD, dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM). Propolis yang diberikan selama 1 bulan memiliki efek antikanker dalam organisme hidup. Itu ditunjukkan dengan menurunnya jumlah nodul atau tonjolan tumor dan menurunnya aktivitas proliferasi – penggandaan – sel tumor kelenjar payudara pada mencit. Namun, efeknya masih lebih rendah dibanding pada mencit yang diberi obat kanker standar, doksorubisin. ‘Sehingga, perlu dikaji penggunaan propolis dengan obat antikanker terstandar untuk memberikan efek terapi optimal dan efek samping minimal,’ ujar Woro.
Polifenol dan flavonoid, sebagian senyawa yang terkandung dalam propolis, kemungkinan berperan menghambat proliferasi sel kanker. Menurut Dr Edy Meiyanto dari Fakultas Farmasi UGM, flavonoid biasanya mempunyai struktur khas yang mampu menghambat protein kinase yang digunakan untuk proliferasi sel. Jika protein kinase ini dihambat, proses fisiologi sel pun terhambat sehingga sel melakukan apoptosis alias membuat program bunuh diri.
‘Senyawa golongan flavonoid dan polifenol yang ada dalam propolis juga memiliki efek antioksidan dan antitrombositopenia,’ kata Prof Dr Mustofa MKes Apt dari Bagian Farmakologi & Toksikologi FK UGM.
Penelitian tim FK UGM menunjukkan sediaan propolis yang diuji mampu mencegah penurunan trombosit pada mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei – salah satu parasit penyebab malaria pada mamalia selain manusia. Dosis optimal 5 ml/kg bobot badan juga mampu meningkatkan jumlah eritrosit hingga 37% setelah 8 hari pemberian.
Aman
Khasiat lain propolis yang sudah dibuktikan lewat riset yaitu efek antimikrobanya. Uji yang dilakukan Eko pada 2007 menunjukkan propolis mampu membunuh 26 isolat bakteri Staphylococcus aureus penyebab infeksi pada kulit dan saluran pernapasan serta Escherichia coli penginfeksi saluran pencernaan. Propolis dosis 10% dan 20% mampu membunuh seluruh sampel kedua jenis bakteri.
Penelitian serupa oleh Dr Jessie Pamudji di Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung membuktikan efek antibakteri propolis terhadap S. aureus dan Propionibacterium acnes – biang jerawat. ‘Itu karena propolis mengandung senyawa yang bersifat antimikroba yaitu flavon pinocembrin, flavonol galangin, dan asam kafeat,’ ujar Jessie.
Yang terpenting, riset membuktikan propolis aman meski dikonsumsi dalam jangka panjang. Menurut Dra Mulyati Sarto, MSi dari LPT UGM, toksisitas propolis sangat rendah. ‘Mencit yang diberi propolis tiap hari selama 1 bulan dengan dosis normal, fungsi dan kondisi organ tubuhnya tetap bagus, tidak bermasalah,’ ujarnya.
Dosis normal yang dimaksud setara 1 sendok makan propolis dilarutkan dalam 50 ml air untuk konsumsi manusia. Propolis baru menyebabkan kematian separuh jumlah hewan uji ada dosis di atas 10.000 mg/kg bobot badan. Jika dikonversikan ke orang berbobot 60 kg, dosis itu setara konsumsi 0,6 kg propolis setiap hari. Artinya, keampuhan dan keamanan propolis telah terbukti.
Sumber : Majalah Trubus & beberapa literatur

Darah menyuruh sel-sel tua untuk bertindak seperti sel muda

Darah menyuruh sel-sel tua untuk bertindak seperti sel muda



bloodtellsolPeneliti-peneliti Harvard Stem Cell Institute (HSCI) di Joslin Diabetes Center (JDC) telah melakukan langkah besar dalam memahami – dan mungkin memperlambat – proses penuaan.
Dalam beberapa seri eksperimen yang hati-hati, Amy J. Wagers dan kolega telah mendemonstrasikan bahwa stem sel dari tikus tua yang ter-ekspose faktor-faktor tertentu yang ada di dalam darah tikus muda mulai bertindak seperti stem sel muda, dengan proses yang dipicu oleh sinyal dari tipe sel lain di dekatnya di dalam tulang. Kenyataannya, tidak hanya membuat stem sel darah mulai mengambil sifat-sifat sel muda, tetapi jaringan tikus tua yang ter-ekspose faktor yang belum teridentifikasi ini tampak jauh lebih terlihat muda.
Penelitian terakhir yang dilakukan grup Wagers ini dipublikasikan Nature edisi hari ini. Laporan ini memajukan pemahaman tentang penuaan sistem hematopoietic pembentukan darah dan mengarahkan cara mengobati penyakit-penyakit yang berhubungan dengan penuaan melalui darah.
Doug Melton, co-director HSCI dan co-chair Harvard’s Department of Stem Cell and Regenerative Biology menyebut penemuan ini “penting” dengan penjelasan “paper tersebut menunjukkan bahwa sel-sel dan ‘rumah’ mereka yang disebut dengan niche (relung), keduanya memperburuk umur. Jika itu tidak mengejutkan, yang paling mengherankan adalah demonstrasi bahwa binatang muda, melalui aksi insulin-like growth factor 1(IGF-1), dapat memutar balik jam dan membuat sel-sel darah tua menjadi muda kembali.
Penelitian sebelumnya oleh lab lain menunjukkan bukti bahwa penurunan fungsi stem sel darah karena penuaan merupakan bagian intrinsik sel itu sendiri. Namun, sel-sel ini juga dipengaruhi oleh sinyal-sinyal dari sel-sel lain di dalam lingkungan mikro sumsum tulang lokal atau ‘niche’. Suatu penelitian sebelumnya yang dipimpin oleh Shane Mayack, seorang mahasiswa postdoktoral di lab Wagers, menunjukkan dengan tepat sel-sel pembentuk tulang yang disebut dengan osteoblast merupakan kunci utama pemberi sinyal dari niche, dan menunjukkan bahwa osteoblast memainkan peran khusus dalam pemeliharaan dan regenerasi stem sel darah.
Paper terakhir, Mayack dan kolega meneliti proses penuaan stem sel darah pada tikus tua dan muda. Para peneliti menemukan bahwa ketika osteoblast menua, mereka mengubah sinyal yang mereka kirim ke stem sel, dan bahwa perubahan ini menyebabkan sel-sel tersebut menjadi kurang mampu menghasilkan campuran yang benar dari sel-sel darah.
Lebih dramatis lagi, pada beberapa seri tes dimana dua tikus berbagi satu sirkulasi darah biasa, para ilmuwan mengungkap bahwa mekanisme penuaan ini dapat dibalikan. Pada tikus tua yang berpasangan dengan tikus muda, populasi osteoblast yang ada menunjukkan tanda-tanda peremajaan. Luar biasanya, peremajaan ini dikomunikasikan ke stem sel juga, sehingga kemampuan pembentukan darah dari tikus tua ini menerima sifat-sifat yang jauh lebih muda.
“Dan yang paling menarik adalah bahwa perubahan yang terjadi dalam stem sel darah selama penuaan adalah reversibel, melalui sinyal yang dibawa oleh darah sendiri,” kata Wagers, seorang associate professor di Harvard’s Department of Stem Cell and Regenerative Biology, anggota HSCI Principal Faculty. Dan seorang peneliti di Joslin. “Ini artinya bahwa sistem darah menawarkan suatu kesempatan besar bagi terapi potensial untuk disfungsi stem sel yang berkaitan dengan penuaan.”
“Penemuan ini membuka kesempatan baru penelitian yang menarik, termasuk potensi untuk meneliti tipe lain jaringan yang belum dipahami, dimana penuaan mungkin diatur oleh interaksi stem-niche dalam cara yang serupa,” kata Mayack. “Bersama berjalannya waktu, penemuan-penemuan ini bisa juga mempengaruhi cara kelainan darah diterapi.”
Sebagai langkah selanjutnya, para peneliti akan memperdalam bagaimana sinyal-sinyal yang dikirimkan ke dan dari osteoblast tersebut berubah ketika sel menua. Tim Joslin telah memulainya dengan meneliti peran IGF-1, suatu protein yang oleh penelitian lain ditunjukkan mampu membantu dalam regenerasi otot skeletal. Yang mengejutkan, mereka menemukan bahwa mereka dapat secara sebagian mengoreksi defek penuaan pada osteoblast dengan menekan IGF-1, daripada meningkatkannya. “Perbedaan ini menunjukkan dengan jelas kompleksitas kontrol-kontrol yang terlibat dalam regenerasi sel,” kata Wagers.
Meskipun penelitian ini tidak secara langsung diarahkan untuk mekanisme diabetes, Wagers, seorang Howard Hughes Medical Institute Early Career Scientist menekankan bahwa,”ada bukti-bukti yang makin banyak adanya overlaping dalam jalur pengaturan yang berimplikasi pada penuaan dan diabetes tipe 2.”

Bahasa sastra Mahasiswa Kedokteran

Hari itu, ketika tubuhku pada metabolisme nya
yang terendah...

Mataku berakomodasi tak percaya...
Benarkah yang tertangkap oleh nervi optici-ku??

Dalam sms mu...
Katamu, akulah nukleus kehidupanmu...
Katamu, jika kau flagelatta, maka akulah ATP...
Katamu, jika kau inflamasi, akulah prostaglandin...

Sadarkah kau??
Kau berhasil membuatku mengalami hipertensi
fisiologis dan tachycardi
Perintahkan membrana tympani mu mendengar
seluruh discuss vertebralis ku berkata...

"Setiap cardiac outputku membutuhkan
pacemaker darimu.
Setiap detail gerakan glossus mu merangsang
saraf simpatisku."

"Ucapan selamat malammu laksana diazepam...
Ucapan "jangan menangis, sayang"mu bagaikan
valium bagiku...
Dan ketika kau pergi...terasa bagaikan
imunosupresi untukku..."

Apa yang terjadi padaku??

Cinta kau bilang??
Tak pernah kudengar Dorland mengucapkannya...
Di jurnal mana aku bisa memperoleh Randomised
Control Trial dengan Double Blind tentang nya??

Diagnosa aku...
Infus aku dengan cairan elektrolit "aku milikmu"...
Dan kita akan mengaktivasi seluruh sistem organ
kita bersama-sama...
Sampai brain stem death memisahkan kita...

Mahasiswa Kedokteran

Hari itu, ketika tubuhku pada metabolisme nya
yang terendah…
Mataku berakomodasi tak percaya…
Benarkah yang tertangkap oleh nervi optici-ku??
Dalam sms mu…
Katamu, akulah nukleus kehidupanmu…
Katamu, jika kau flagelatta, maka akulah ATP…
Katamu, jika kau inflamasi, akulah prostaglandin…
Sadarkah kau??
Kau berhasil membuatku mengalami hipertensi
fisiologis dan tachycardi
Perintahkan membrana tympani mu mendengar
seluruh discuss vertebralis ku berkata…
“Setiap cardiac outputku membutuhkan
pacemaker darimu.
Setiap detail gerakan glossus mu merangsang
saraf simpatisku.”
“Ucapan selamat malammu laksana diazepam…
Ucapan “jangan menangis, sayang”mu bagaikan
valium bagiku…
Dan ketika kau pergi…terasa bagaikan
imunosupresi untukku…”
Apa yang terjadi padaku??
Cinta kau bilang??
Tak pernah kudengar Dorland mengucapkannya…
Di jurnal mana aku bisa memperoleh Randomised
Control Trial dengan Double Blind tentang nya??
Diagnosa aku…
Infus aku dengan cairan elektrolit “aku milikmu”…
Dan kita akan mengaktivasi seluruh sistem organ
kita bersama-sama…
Sampai brain stem death memisahkan kita…

Unek-unek Mahasiswa Kedokteran

Gambaran radiografi inginmu non-visualized
Harapanmu tak terdeteksi dengan USG
CT Scan kemauanmu tak bisa diinterpretasi
Anganmu tak terbaca di lembaran elektrokardiogram
Jelaskan, dengan apa harus kutegakkan diagnosa cintamu?
Maaf jika vulnus ictum et causa keraguanku
Menembus cavum thorax dan bersarang tepat di cardia-mu
Menciptakan internal bleeding profuse yang mungkin membunuhmu
Menjadikan kolaps semua asa yang pernah kausemaikan
Tapi jika tanda-tanda vital cinta itu masih positif
Selamatkan ia dengan oksigenasi 2 liter/menit
Basahi cinta yang tersisa dengan cairan infus ringer laktat
Teteskan anti-koagulan agar tak terjadi proses pembekuan
Dengan anamnesa yang serius dan tenang
Kita catat semua planning masa depan dalam rekam medik
Simpan semuanya dalam lobulus hepar masing-masing
Bila saatnya kau bisa melihat ke dalam kedua organon visusku
Kan kaudapati bahwa cinta itu masih intak, steril, jernih, asepsis dan tanpa kontaminasi
***