Minggu, 30 Oktober 2011

Bunda,Q kangen...

aku kangen ma...

aku kangen cerita saat pikiranku penuh kangen cerita saat lelah itu mendadak berkomplot dan bersatu mendesing dalam pusaran kepalaku

aku kangen bubu bersama ketika perasaanku sangat tidak enak dengan elusan dirambutku, membuat aku merasa nyaman dan untuk sesaat merasa kembali jadi bocah yang main di pohon terus jatuh berdebam hanya karena terancam ketahuan olehmu... dan kemudian berjam-jam kita mengobrol sampai pagi, ngalor-ngidul tanpa juntrung.

aku kangen meneleponmu saat aku patah hati dan banjir ingus, sebentar-sebentar tersedak menahan sakit. aku kangen mengatakan pikiranku mampat,
ketika bingung menemukan arah aliran sungaiku akan bermuara kemana.
aku kangen mendengarmu bilang aku bodoh, karena membiarkan perasaan begitu menguasai suasana hatiku melanjutkan hari. katamu aku harus cerdas mengendalikan semuanya, pada porsi yang seharusnya.
karena segala yang 'sakit' itu tak pernah layak untuk terus-terusan ditengok dan ditelaah. katamu, aku merasakan cinta layaknya menelan obat pahit ketika dibawah ancaman... tetap berusaha ditelan meskipun pahitnya menyiksaku pelan-pelan
aku kangen mendengar omelanmu, lucu... karena seringnya aku mendengarkan dalam diam dengan terpaksa omelanmu yang panjang-panjang itu yang biasanya jadi semakin panjang ketika aku sedang sensitif dan pengin marah sepanjang hari. aku kangen teguranmu ketika aku berantakan untuk hal yang bahkan sesepele debu di sepatuku.
aku ingat mama perfeksionis dan nomer satu dirumah untuk urusan kerapian. dulu, ketika aku merasa kangen padamu,aku selalu bisa menyampaikan dan mendengar jawabmu hanya dengan menekan tombol : call. tidak peduli seberapa banyak biaya sambungan saat apapun, antar operator apapun.

ma, sekarang... apa mama tau apa saja yang kurasakan? apa mama tau aku merindukan semua momen itu? mungkin, mungkin mama tau... hanya saja sayangnya komunikasi bagi kita saat ini hanya komunikasi searah. aku tidak pernah lagi akan tau apa jawabmu... Jadi aku ingin bertanya, kangenkah Mama padaku?

aku harap jawabannya Ya dengan senyuman, karena aku akan selalu berusaha juga, mengingatmu, merindukanmu dengan sebanyak mungkin senyum dan meminimalisir air mataku. karena aku yakin, mama manapun akan lebih senang putrinya bertahan dan bertumbuh dewasa dalam segala hal ketimbang selalu menangis kehilangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar