Senin, 17 Oktober 2011

GUE ANAK FK (SO WHAT GITU LHO..?)

"Pssst…liat sini donk…gue dah jadi mahasiswa di fakultas kedokteran di  sebuah universitas terkenal di Indonesia. Keren dong gue, kalo pas pulang kampung orang-orang pada bisik-bisik tetangga.. dikomentarin macem-macem :wuih, hebat calon dokter tuh…"
Bisik hati seorang mahasiswa sambil ngaca di spion mobil (mobilnya orang)
Padahal  mah…..
Kalo ditanyain apa itu "masuk angin" mungkin langsung nyengir manis…
Kalo ditanyai patofisiologi "kerokan" tambah meringis…
Ditanyain obat flu yang aman buat ibu hamil, malah buka MIMS. (buku daftar obat)
Cape de…
Ini jadi bahan intropeksi buat kita semua agar tidak sombong dengan segala macam prestise yang sudah melekat di pundak. Jadi ini atau jadi itu, hanya masalah TAKDIR yang emang jalannya begitu, tidak berhak untuk sombong sama sekali.
Santai saja lah, biasa aja kali jadi mahasiswa kedokteran. Mungkin tetangga-tetangga aja yang tidak tahu kalau posisi kita berada di strata intelektual paling rendah di kampus. Hehe....
BELAJAR DI FK
Menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran mungkin bagi sebagian orang adalah suatu prestise tersendiri. Kata orang-orang sih, seorang dokter itu “tipe menantu yang dicari-cari”, padahal nggak juga, kalo dicari-cari polisi karena kasus malpraktek sih siapa yang mau ngejadiin mantu??
Memang masyarakat sendiri menganggap profesi ini mempunyai nilai lebih. Entah lah apa nilai lebih itu, mungkin karena bisa menyembuhkan penyakit?.  Dokter hanya lah sebuah profesi, bernilai lebih atau tidak tergantung dari manusia yang menjalankannya. Apakah dengan menjadi dokter ia dapat menjadi “sebaik-baiknya manusia?” atau malah merugikan manusia lain?
Profesi ataupun pekerjaan apapun itu akan bernilai jika dapat memberikan nilai lebih bagi orang lain, yaitu: kemanfaatan. Bahkan seorang tukang becak pun akan lebih bernilai (di mata Tuhan tentunya) daripada seorang dokter, pengacara, bahkan presiden yang dalam menjalankan tugasnya banyak merugikan masyarakat.
Masa kuliah di pendidikan akademik maupun profesi bukan hanya sebagai ‘belajar biasa’ namun banyak sekali ‘pembelajaran hidup’ yang dapat dipetik. Kita bukan hanya belajar bagaimana menjadi dokter yang bisa membantu pasien mengatasi penyakitnya. Namun bagaimana menjadi sosok seorang dokter, sebuah profesi yang akan terjun ke masyarakat. Seorang manusia yang akan mengabdikan dirinya sesuai sumpah dokter yang telah ia ikrarkan, seorang manusia sebagai hamba Allah yang akan menggunakan profesi ini sebagai ‘jalan pengabdian’ kepada-Nya.
Berat yah??? Emberrr...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar