Angel"s blog: Derita koass di Stase THT.

"KKJ minggu ke-3" (teteep...)

Dokter umum itu paling banyak akan mendapat kasus-kasus THT nanti, menurut gw. Faringitis, tonsilitis, rhinitis, sinusitis, epistaksis, otitis, dan kasus yang biasa seperti common cold. Awalnya, gw kira itulah. Sebelum gw melihat tiga kasus ini dengan mata kepala dan mata kaki gw.

Pertama, kita mulai dari telinga (karena THT kan kepanjangannya telinga hidung telinga, lhoo?? bukan). Naah, tau yang namanya serumen, atau dalam bahasa anda "congek" (iya anda, elu.. elu..). Beneran deh, gw kira kasus yang bakal banyak tuh otitis apa vertigo gitu. Rupanya sehari ini gw di THT yang gw temukan ada 4 kasus plak serumen. Plak serumen itu adalah kotoran telinga yang mengeras. (Hmm emph... lu kira cuma ~~elu~~ eek aja yang bisa keras)

Misalkan sebuah kasus:

Istri : "Pa, kayanya langit-langit di kamar tidur tuh bocor deh.."
Suami : "Hmm..." (sambil mbaca koran)

Istri : "Jadi becek tuh kamarnya pa, kayaknya karena gak bener deh tukangnya benerin kemaren."

Suami : "Pengacara anggodo minta naik banding.. hmm emph..."

Istri : "Iiih, gak dengerin ya, coba liat dulu deh di kamarnya tuh, dindingnya sampe coklat."
Suami : (sambil nyomot pisang goreng) *diamIstri : "Ah, males ah, papa gak dengerin."

Suami : "Ah." (sambil nyeruput kopi)
Istri : "Iiih, budeg ah, ko mbolot sh, dikorek dulu lah sana congeknya!!" (dan kemudian berlalu)

Suami : (mau nyomot pisang goreng lagi) "lho, maa.. pisang gorengnya abis nih..."
Istri : *datang kembali (sambill nabok suaminya pake beha yang habis dipake)

Okeh, tiga pasien pertama adalah anak kecil semua, memang plak serumen itu banyaknya di anak-anak, bukan karena gak pernah dibersihin sih, (karena sebenernya congek itu bisa bersih sendiri, maksudnya keluar sendiri gitu, dan kalo lagi sial congeknya jatuh di kuah soto yang lagi lu makan) tapi karena produksinya memang berlebih. Naah, kasus keempat nih, datanglah seorang bapak-bapak, umurnya sekitaran 30-an. Datang dengan keluhan nyeri di telinga dan penurunan fungsi pendengarannya.

Dan kemudian salah satu dokter residen memeriksa si bapak (kami yang koas melihat aja). "Pak, telinganya kita lihat dulu ya pak, menghadap ke samping pak.." (sambil dokternya make bando yang ada senternya di kepalanya, udah kayak penggali tambang deh, tambang congek... XD). "waah, ini mau kita spooling ya pak, kotorannya mengeras, jadi akan kita semprot biar kotorannya keluar."

Kemudian dengan tabung suntik dan diisi larutan isotonis, mulailah disemprotkan telinga tuh bapak.. "wuih, apa tuh ijo-ijo??" / "mana? mana?" / "itu tuh, wah ada serabut-serabutnya..." / "heeeuuu..." / "eh, ada yang keluar lagi, ebuset, mirip pur ya (makanan ikan), wah gede banget." / "yikess... gleek... izin mau ke wc dulu ya cui.."

Kedua, ke kasus hidung. Bukan kasus pilek yang didapet disini, ataupun hidung yang berdarah, berlendir. Eh, ini ada tali rafia di idungnya. Suwer deh.

Naah, kalo di THT itu jadi masuk ke dalam kasus benda asing di hidung. Mungkin bisa yang lain lho, kaya paku, mur, sekrup, obeng... (kayaknya nih pasien si limbad deh) atau kaya di bukunya ferdiriva, lintah pun bisa masuk hidung.

Anehnya, adek ini (cwe, sekitaran SMP gitu, gak sadar kalo ada tali rafia masuk ke idungnya, mungkin dimasukin adeknya katanya, wah, buset deh, usil banget tuh adek, kalo jadi kakaknya gw jadiin kuaci deh). Jadi si pasien nih datang dengan keluhan rasa tidak nyaman dan nyeri di hidungnya.

Dan mulailah, kakak residen pun memeriksa pasien, sama kayak sebelumnya, pake lampu untuk menambang, kali ini tambang upil.. XD. Yak, dengan pinset pun dikeluarkanlah benda asing tersebut. Awalnya dikira beberapa helai rambut, agak kekuningan dan pastinya banyak lendirnya. 5 senti pertama, "wah, panjang nih talinya." 10 senti kemudian "hoo, masih ada.." 15, 20, 25, 30 senti. "Naah, akhirnya keluar, nih siapa yang mau megang?" (koasnya udah pada ngacir duluan)

Ketiga, kita ke tenggorokan. Kali ini kasus benda asing lagi. Awalnya banyak kasus biasa sih. Faringitis doank, ataupun, rasa radang di tenggorokan. dan ketika siang muncul deh kasus ini.

Pasien datang, sama, dengan rasa tidak nyaman di tenggorokan dan nyeri ketika menelan. Denger-denger tulang ikan yang nyangkut adalah tulang ikan arwana (weuuh, iya apa? XD). Gak tau deh ceritanya gimana, mungkin ini adalah proses balas dendam si ikan.. "the fish revenge".. jadi ketika ia ditelan, ia pun menusukkan tulang rusuknya ke tenggorokan pasien...(ntar, ikan ko ada tulang rusuk?)

Okeh, cara pengambilannya cukup canggih disini, pake kamera, orofaringoskop. Jadi dengan kabel yang dipanjangkan, dengan alat, entahlah, sejenis pinset mungkin, dimulailah pencarian tulang ikan. Sambil melihat di layar monitor, sangat jelas lho. Oia, sebelumnya ibunya dikasih bius lokal dulu ko, disemprot ke mulutnya, biar refleks menelannya agak berkurang. Begitu diketemukan tulang ikan tersebut, dan diangkatlah keluar dari mulut.

*Plok...plok....plok...plok...plok...plok....

Naah, jadi kesimpulan yang gw dapet, di stase THT tuh, gak bakal cuma menemui, kasus pilek, mimisan, ataupun radang telinga.. tapi bisa yang aneh-aneh kayak diatas... Jadi siapin diri deh, siapa tau nanti ada pasien keselek tulang dinosaurus, apa kehirup tali beha, ataupun ada kecoa di dalem telinganya..

Okeh, berikut dokumentasinya:

Instrumen-instrumen yang dipakai untuk membunuh... membunuh penyakitnya maksudnya... :D

Obat bius yang dipakai nih

Sekilas view dari poli THT

Naah, ini nih,yang gw pegang, alat untuk ngambil tulang ikan tadi

Oia, ini nih yang namanya tes BERA, untuk melihat perkembangan dari pendengaran anak-anak, biasanya ini untuk mendiagnosis apakah si anak menderita gangguan pendengaran atau gangguan perkembangan mentalnya.