Kamis, 04 Agustus 2011

Home visit di gunung kidul :)

Saya habis home visit ke tempat salah 1 penghuni panti rehabilitasi sosial di Jogja..
Jauh bok rumahnya,, Gunung Kidul...
Tapi mendinglah,, drpd kemaren sampe Kajoran Magelang. Which is butuh waktu 6 jam PP dr Jogja, dan saya nyetir sendirian, kagak ada yg nggantiin. Remuk redam rasanya badan saya,, sampe g bisa tidur saking capeknya.
Si jazz juga g karu2an,,kena lumpur n batu2,, dah gitu saya lupa ganti oli (telat 300km),, kena marah ma bapak deh...Maaf ya jazz sayaaaanggg *fiuuuuhh*

Back to the topic..
Dari home visit td,,saya dan teman2 jadi makin prihatin sama kondisi kesehatan masyarakat, terutama kesehatan jiwa.
Orang gila tidak sepantasnya dikucilkan,, karena mereka sakit,, dan bukan mau mereka untuk menjadi seperti itu. Gila bukan suatu pilihan boy.. Tapi bisa di cegah dan d perbaiki kondisinya, dengan usaha bersama tentunya, baik pasien, keluarga, maupun lingkungan sosial.
Stresor bisa datang darimana saja kan? Bahkan ada pepatah yang bilang : Life without stress means death. It's about our coping mechanism.. *haduh,, omongan saya mulai ngelantur*

Hmm,, sebenernya saya mau ngomong kalo masalah kesehatan jiwa tu kompleks,,, g kayak sakit pada umumnya yang hanya butuh komitmen antara pasien dan dokter.
Contohnya pasien saya tadi :
pasien gila karena cinta, ngamuk2.
Orang tua nggak mampu membiayai pengobatan pasien dan memilih merantai pasien *duhh,,miris,,kayak hewan aja d rantai*.
Trus warga g tega,, akhirnya warga mengupayakan pembiayaan pengobatan pasien *melalui Jamkesmas dan dana masyarakat,, Alhamdulillah warganya baik n peduli banget*.
Setelah mondok d RS dan dipulangkan, ternyata pasien enggak rutin minum obat *obatnya emang harus diminum tiap hari dalam jangka waktu lama*
Orang tua pasien g telaten nebus obat. Stresor dari keluarga juga terus menerus ada *keluarga pasien g harmonis*
Kambuh lagi deh gilanya...
Kayak gitu berulang2 sampe warga capek nolongin pasien. Haduh-haduh.. *kalo gini,,saya maklum warga jd apatis,, lha wong keluarganya aja g peduli.. harusnya di counseling ni keluarganya.. Sayang td g ketemu ma bapak pasien*

Adalagi, kalo ini pasien d bangsal : dia jadi semakin sering kambuh karena tidak diterima d keluarganya, bahkan ada juga warga 1 RTnya yang mengajukan permohonan ke RS agar pasien tidak dikembalikan lagi ke rumahnya...
Dan anda tau apa jawaban RS?
"Gila belum ada vaksinnya pak,, itu bisa dialami oleh siapa saja,, termasuk anda". Haha. LOL. Jawabannya terlalu frontal.
Ada juga yg jawab : Ini saatnya habluminannas *like this*

Walopun begitu,,saya sangat salut sama warga d GunKid tadi,, Lurahnya sangat care ma kesehatan jiwa warganya,, beliau mau lho menerima warganya kembali bahkan mempekerjakan mereka biar kembali menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama. Dan warga juga dengan sukarela membantu pembiayaan kesehatan orang2 yang tidak mampu tp g dapet Jamkesmas.

Ada masalah pelik lain:
- Angka gangguan jiwa d GunKid tu tertinggi di Jawa. Why? Karena kemiskinan, mereka kurang protein *terutama tryptophan, asam amino esensial untuk membentuk serotonin, fungsi serotonin adalah sebagai modulator kapasitas kerja otak, termasuk juga regulasi stabilitas emosi*
- Pemerintah kurang tanggap terhadap masalah kesehatan jiwa karena dianggap bukan penyakit yang membahayakan nyawa. Padahal burden of diseasenya kan g cuma itu,, penyakit ini meruntuhkan kepribadian bos *istilah kerennya : Personality deterioration*.. menjadikan manusia menjadi makhluk yang useless,,, dan ini lebih mengerikan daripada kematian itu sendiri...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar