Rabu, 10 Agustus 2011

Kadafer

Kadafer itu menatapku iba. Ia seolah hendak berkata, “ Yang kamu jawab itu salah Liza, itu Os. Humeri dextra, bukan sinistra.”
Dari cara mayat itu melihatku (emang mayat bisa lihat?). Tapi perasaanku mengatakan  ia benar-benar menatapku dan seolah ingin membantuku. Tatapan sendu dari matanya begitu jelas. Dulu, ketika masih praktikum teman-temanku yang lain juga berkata seperti itu.
“Liz, coba deh kamu lihat mata kadafer ini. Seperti melihat kita, kan?”
Tapi bunyi bel mengacaukan segalanya. Belum sempat kukoreksi jawabanku, aku harus menuju pos yang lain. Ada 50 pos yang harus kulalui. Tiap pos terdapat dua pertanyaan yang harus di selesaikan dalam waktu 1 menit.
Selama satu jam itu, aku harus menelusuri benang-benang putih yang dihubungkan dari kadafer ke soal, mencocokkan warna jarum pentul yang ditusukkan ke bagian-bagian tertentu seperti otot dan otak dengan pertanyaan, dan menganalisa penyakit atau pun gejala klinis yang ditimbulkan karena kelainan di masing-masing organ.
Lalu aku pun harus memilah-milah berbagai macam tulang yang ada pada kerangka tubuh manusia yang tak bernyawa itu. Mulai yang terkecil sampai yang terbesar. Berbagai macam jenis otot mulai yang terletak di anterior, media, inferior, posterior, sin-dext, harus kuketahui.
Oh, ini yang mana nervus radialis dan medianus? Bentuknya sama semua, ukurannya juga tidak berbeda. Yang ini? Tulang apa ini? Os. Fibula atau Os. Tibia? Mana dextra mana sinistra? Terus yang ini juga? Foramen apa ini? Keluar nervus cranial ke berapa? Canalis ini? (lagi…)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar