Kamis, 11 Agustus 2011

Tetap Bersahaja Walau Jadi Mahasiswa Kedokteran

Stigma yang cukup berkembang di masyarakat awam adalah tentang betapa prestige-nya profesi seorang dokter. Martabat di masyarakat bisa naik seketika jika telah menjadi dokter, atau telah bersuami / beristrikan seorang dokter.
Secara pribadi saya agak kurang nyaman dengan hal seperti ini, mengingat ini akan mematahkan semangat mengabdi yang murni untuk masyarakat. Apakah masyarakat butuh rasa prestige kita ? Tidak kan ? Yang mereka butuhkan hanya sebuh dan empati dari kita saat mengobati mereka.
Menjadi dokter itu bukan sebuah pekerjaan, tapi merupakan bagian dari jiwa dan perilaku kita sehari-hari. Karena itu, tak pantas rasanya membangga-banggakan diri untuk hal-hal seperti ini.
Memang kuliah di kedokteran itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Memang kuliah di kedokteran itu sibuk dan padanya minta ampun. Memang kuliah disini bisa kita dengan bangga dan mantap saat ditanya “Kuliah dimana ?”, lantas kita menjawab “Kedokteran”.
Namun seberapa pentingkah rasa bangga itu ? Apakah dengan bangga itu, ilmu kita bisa bermanfaat untuk orang lain ? Apakah dengan bangga itu, tetangga kita yang sakit-sakitan namun tak punya uang bisa sembuh ? Tidak kan ?
Ya itu dia, karena kebanggaan itu tak akan pernah menghasilkan sesuatu yang baik. Malah bisa memicu kesombangan buat kita. Kesombongan yang akan menyeret kita pada perilaku tidak ikhlas kita. Dan hasil akhirnya akan jelas terlihat, kita hanya kerja kalau dihargai pantas, dan tidak akan bekerja dengan maksimal kalau tidak dihargai dengan pantas pula.
Semoga menjadi renungan untuk diri saya sendiri, dan juga untuk pembaca sekalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar